Tactile Defensiveness pada Anak: Kenali Penyebab dan Cara Menghadapinya
Tactile Defensiveness pada Anak: Kenali Penyebab dan Cara Menghadapinya

Pernahkah bunda melihat si kecil menangis atau merasa sangat tidak nyaman saat bermain pasir, menyentuh slime, atau terkena cat saat bermain? Jika iya, bunda mungkin sedang menyaksikan tanda-tanda tactile defensiveness. Ini bukan sekadar perilaku rewel atau manja, melainkan reaksi nyata dari sistem sensorik anak terhadap sentuhan tertentu.
Memahami tactile defensiveness sangat penting bagi bunda, agar dapat membantu si kecil mengembangkan kemampuan sensoriknya secara optimal tanpa tekanan.
Mari kita bahas lebih dalam mengenai fenomena ini. Yuk, bahas selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!

Apa Itu Tactile Defensiveness?

Tactile defensiveness adalah kondisi di mana anak merasa sangat tidak nyaman, cemas, atau bahkan takut ketika menerima jenis sentuhan tertentu. Berbagai bahan seperti:

  • Slime

  • Cat

  • Pasir

  • Playdough

  • Tekstur makanan tertentu

dapat menimbulkan reaksi penolakan dari anak. Bagi anak-anak yang mengalami tactile defensiveness, sensasi dari bahan-bahan ini tidak terasa menyenangkan, bahkan bisa dirasakan sebagai ancaman.
Fenomena ini berkaitan erat dengan bagaimana sistem saraf anak memproses informasi sensorik. Bukan karena mereka "berlebihan", tetapi karena tubuh mereka memang memberikan respon yang berbeda terhadap sentuhan tertentu.

Ciri-Ciri Anak dengan Tactile Defensiveness

Bagaimana bunda bisa mengenali apakah si kecil mengalami tactile defensiveness? Berikut beberapa tanda umum yang bisa diperhatikan:

  • Menolak aktivitas dengan bahan bertekstur: Anak akan menarik diri atau menolak saat diajak bermain pasir, slime, cat, atau bahan lain yang dianggap aneh.

  • Tidak nyaman dengan pakaian kotor: Ada anak yang sangat terganggu ketika pakaian mereka basah, lengket, atau terkena noda.

  • Mengungkapkan rasa jijik atau ketidaknyamanan: Anak sering mengatakan "iiih!" atau menunjukkan ekspresi tidak nyaman saat berinteraksi dengan benda baru.

  • Kesulitan saat grooming: Proses sederhana seperti memotong kuku, menyisir rambut, atau mencuci tangan bisa menjadi tantangan besar.

Walaupun menunjukkan beberapa tanda ini, belum tentu anak mengalami gangguan sensorik berat. Namun, bila reaksi ini cukup sering dan mengganggu aktivitas sehari-hari, ada baiknya bunda berkonsultasi dengan terapis okupasi atau dokter anak.

•	Tactile defensiveness anak •	Anak takut main kotor •	Cara mengatasi tactile defensiveness •	Permainan sensorik untuk anak •	Tips parenting anak sensitif

Foto: Internet

Mengapa Tactile Defensiveness Terjadi?

Tactile defensiveness terjadi karena cara otak menginterpretasikan informasi sensorik dari luar. Pada anak yang mengalami kondisi ini, otak:

  • Menganggap sentuhan biasa sebagai sesuatu yang mengancam.

  • Memberikan respon berlebihan terhadap stimulus yang seharusnya netral.

  • Sulit menyaring mana informasi sensorik yang perlu ditanggapi dan mana yang dapat diabaikan.

Akibatnya, banyak kegiatan eksplorasi yang seharusnya bermanfaat untuk tumbuh kembang anak justru terasa mengerikan atau mengganggu bagi mereka.Pentingnya Tidak Memaksa Anak

Ketika bunda melihat si kecil menolak bermain dengan bahan-bahan tertentu, penting untuk tidak memaksa mereka. Memaksa anak yang sedang mengalami tactile defensiveness justru dapat memperparah rasa takut dan menurunkan rasa percaya dirinya.
Sebaliknya, berikan ruang bagi anak untuk mengenal berbagai tekstur dengan cara yang nyaman untuk mereka. Pendekatan bertahap dan penuh kesabaran jauh lebih efektif untuk membantu anak mengatasi ketidaknyamanannya.

Bagaimana Membantu Anak dengan Tactile Defensiveness?

Jika bunda mencurigai si kecil memiliki tactile defensiveness, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  1. Mulai dari bahan bertekstur ringan: Awali dengan bahan yang lebih mudah diterima, seperti air biasa, sebelum mengenalkan pasir, slime, atau cat.

•	Tactile defensiveness anak •	Anak takut main kotor •	Cara mengatasi tactile defensiveness •	Permainan sensorik untuk anak •	Tips parenting anak sensitif

Foto: Internet

  1. Gunakan alat bantu: Berikan kuas, sendok, atau sarung tangan untuk membantu anak berinteraksi dengan tekstur baru secara tidak langsung.

  2. Berikan kontrol penuh kepada anak: Biarkan anak memilih kapan mereka mau mencoba menyentuh bahan tertentu. Memberikan pilihan membuat anak merasa aman.

  3. Masukkan eksplorasi tekstur dalam kegiatan bermain: Jadikan eksplorasi sebagai bagian dari aktivitas menyenangkan, tanpa paksaan dan ekspektasi berlebihan.

  4. Pertimbangkan terapi okupasi: Jika tactile defensiveness mengganggu aktivitas harian anak secara signifikan, terapi okupasi dapat membantu melatih sistem sensorik anak agar lebih adaptif.

Bunda perlu ingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan dan kesiapan yang berbeda-beda. Kesabaran dan dukungan tanpa syarat akan menjadi kunci utama dalam membantu si kecil.

•	Tactile defensiveness anak •	Anak takut main kotor •	Cara mengatasi tactile defensiveness •	Permainan sensorik untuk anak •	Tips parenting anak sensitif

Foto: Internet

Kesimpulan

Tactile defensiveness adalah bagian dari perbedaan normal dalam cara anak memproses rangsangan sensorik. Ini bukan tanda kelemahan, kemanjaan, atau ketidakberanian anak untuk bermain kotor. Ini adalah respons alami dari tubuh yang memerlukan perhatian dan pemahaman khusus.
Dengan tidak memaksakan anak, memberikan paparan bertahap, dan mendukung proses eksplorasi mereka dengan penuh kasih, bunda dapat membantu si kecil merasa lebih nyaman menghadapi berbagai tekstur yang ada di dunia mereka.
Setiap anak tumbuh dengan ritmenya sendiri. Memberikan ruang, kesabaran, dan dukungan akan menjadi bekal penting dalam membangun rasa percaya diri dan kenyamanan sensorik anak ke depannya.

Artikel yang berkaitan