Mengenal Stimming: Perilaku Stimulasi Diri pada Si Kecil
Mengenal Stimming: Perilaku Stimulasi Diri pada Si Kecil

Pernahkah Bunda melihat si kecil mengulang-ulang suatu gerakan, seperti memutar tangan, mengetuk-ngetukkan benda, atau bersenandung tanpa henti? Jika iya, jangan panik! Perilaku ini disebut stimming atau self-stimulatory behavior, yaitu aksi yang dilakukan secara berulang untuk memberikan stimulasi pada indera tubuh.

Stimming sering dikaitkan dengan anak-anak yang memiliki gangguan pemrosesan sensorik, seperti Sensory Processing Disorder (SPD) atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Namun, faktanya, hampir semua anak memiliki bentuk stimming tertentu. Bahkan, orang dewasa pun sering melakukan stimming tanpa sadar, seperti menggoyangkan kaki saat duduk, memutar rambut, atau mengetuk meja dengan jari.

Lalu, mengapa si kecil melakukan stimming? Apakah ini normal? Dan kapan stimming perlu dikelola? Yuk, bersama Bunda dan si kecil bahas lebih lanjut!

 

Mengapa Si Kecil Melakukan Stimming?

Stimming bukan sekadar kebiasaan, tetapi juga memiliki fungsi penting dalam membantu si kecil mengatur emosinya. Beberapa manfaat dari stimming antara lain:

  1. Membantu Si Kecil Mengatur Sensorik Bagi anak dengan kepekaan sensorik tertentu, lingkungan sekitar bisa terasa terlalu bising, terlalu terang, atau terlalu ramai. Stimming membantu mereka menenangkan diri dan kembali fokus.

  2. Menyalurkan Emosi dan Mengurangi Stres Sama seperti orang dewasa yang menggigit pensil saat gugup, si kecil juga menggunakan stimming sebagai cara mengatasi kecemasan, kegembiraan, atau kebosanan.

  3. Membantu Konsentrasi dan Proses Berpikir Beberapa anak menggunakan stimming untuk membantu mereka berpikir lebih baik, misalnya menggerakkan tangan saat berbicara atau menggoyangkan kaki saat mengerjakan tugas.

Stimming pada anak, self-stimulatory behavior, anak autisme, gangguan sensorik, terapi anak, Bunda, si Kecil

Foto : Internet

Jenis-Jenis Stimming pada Si Kecil Stimming bisa terjadi dalam berbagai bentuk, tergantung pada jenis rangsangan sensorik yang dibutuhkan anak. Berikut beberapa kategori umum stimming:

1. Stimming Taktik (Sentuhan dan Tekstur)

  • Menggosok atau menggesekkan tangan pada permukaan tertentu
  • Menjilat atau mengunyah benda tertentu
  • Menggeretakkan gigi

2. Stimming Auditori (Suara dan Pendengaran)

  • Mengulang-ulang kata atau suara tertentu (echolalia)
  • Menaruh benda dekat telinga dan mendengarkan suaranya berulang kali

3. Stimming Visual (Penglihatan)

  • Menatap lampu berkedip atau benda yang berputar
  • Menggerakkan jari di depan mata

Stimming pada anak, self-stimulatory behavior, anak autisme, gangguan sensorik, terapi anak, Bunda, si Kecil

Foto : Internet

4. Stimming Vestibular (Gerakan Tubuh dan Keseimbangan)

  • Berayun-ayun atau meloncat-loncat
  • Memutar tubuh atau menggoyangkan kepala

5. Stimming Proprioseptif (Kesadaran Tubuh dalam Ruang)

  • Memukul-mukul tubuh sendiri
  • Menekan atau menarik-narik anggota tubuh

Apakah Stimming Perlu Dihentikan? Tidak semua bentuk stimming perlu dihentikan, karena ini adalah cara alami si kecil untuk mengatur emosinya. Namun, ada beberapa kondisi di mana stimming perlu dikelola:

  • Jika membahayakan diri sendiri (misalnya membenturkan kepala atau menggigit tangan hingga luka).
  • Jika mengganggu aktivitas harian, seperti terlalu fokus pada stimming hingga sulit belajar atau bersosialisasi.
  • Jika memicu reaksi negatif dari lingkungan, yang bisa membuat si kecil merasa tidak diterima atau terisolasi.

Cara Membantu Si Kecil Menyalurkan Stimming dengan Aman Jika stimming mulai mengganggu aktivitas atau berisiko membahayakan, Bunda bisa membantu si kecil menyalurkannya dengan cara yang lebih aman.

1. Berikan Alternatif yang Aman

  • Jika si kecil sering menggigit benda yang tidak higienis, berikan teether atau alat bantu sensorik lainnya.
  • Jika ia sering memukul-mukul tubuh sendiri, arahkan ke bantal atau sensory ball untuk mengurangi risiko cedera.

2. Ciptakan Lingkungan yang Nyaman

  • Jika si kecil sering overstimulasi, pastikan lingkungan sekitar tidak terlalu ramai, terlalu terang, atau terlalu bising.
  • Berikan ruang tenang atau sensory corner di rumah untuk membantu si kecil menenangkan diri.

3. Latih Teknik Relaksasi

  • Ajarkan teknik pernapasan dalam, yoga anak, atau meditasi sederhana untuk membantu si kecil mengontrol emosinya.
  • Bermain dengan sensory toys seperti slime, pasir kinetik, atau bola stres bisa membantu mengalihkan stimming ke aktivitas yang lebih aman.

Stimming pada anak, self-stimulatory behavior, anak autisme, gangguan sensorik, terapi anak, Bunda, si Kecil

Foto : Internet

4. Konsultasi dengan Terapis

Jika stimming sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, Bunda bisa berkonsultasi dengan terapis okupasi atau ahli perkembangan anak untuk strategi yang lebih efektif.

Kesimpulan

  • Stimming adalah perilaku alami yang sering muncul sebagai cara si kecil menenangkan diri atau merespons lingkungan sekitarnya.
  • Tidak semua bentuk stimming perlu dihentikan. Jika tidak membahayakan dan tidak mengganggu aktivitas, biarkan si kecil menyalurkan kebutuhannya dengan aman.
  • Namun, jika stimming mulai menghambat perkembangan atau menimbulkan risiko, Bunda bisa mengalihkannya ke aktivitas yang lebih aman atau berkonsultasi dengan terapis anak untuk penanganan lebih lanjut.
  • Mendukung si kecil dalam menyalurkan kebutuhannya dengan aman adalah langkah terbaik untuk membantu mereka berkembang dengan nyaman dan percaya diri.

 

Artikel yang berkaitan