Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Kehilangan seorang anak adalah pengalaman yang sangat menyakitkan dan bisa meninggalkan luka mendalam bagi Bunda. Tidak ada persiapan yang cukup untuk menghadapi kehilangan sebesar ini. Saat seseorang di sekitar kita mengalami duka karena kehilangan anak, kita mungkin merasa ingin membantu dan menguatkan mereka. Namun, niat baik tidak selalu diiringi dengan sikap atau ucapan yang tepat. Tanpa disadari, kalimat-kalimat yang dimaksudkan sebagai penghiburan justru bisa memperdalam luka mereka.
Agar bisa menjadi bagian dari sistem dukungan yang penuh empati, penting bagi kita untuk memahami apa saja yang sebaiknya tidak dikatakan atau dilakukan ketika berada di dekat Bunda yang sedang berduka. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
1. Jangan Mengecilkan Perasaan Duka Mereka
Banyak orang merasa bahwa mereka perlu membandingkan pengalaman duka untuk memberikan perspektif. Kalimat seperti, “Banyak kok Bunda lain yang juga pernah mengalami hal yang sama,” mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian. Namun, kenyataannya, kalimat seperti ini justru dapat membuat Bunda merasa bahwa rasa sakit mereka tidak dihargai atau dianggap berlebihan.
Setiap orang memiliki cara berbeda dalam merespons kehilangan, dan setiap anak yang hilang adalah individu yang unik. Membandingkan kesedihan mereka dengan pengalaman orang lain hanya akan menciptakan jarak emosional dan menimbulkan kesan bahwa mereka tidak boleh merasa terlalu sedih. Padahal, dalam masa duka, perasaan mereka seharusnya divalidasi, bukan dibantah.
Foto: Internet
2. Jangan Mengatakan: “Sudahlah, Kamu Kan Bisa Punya Anak Lagi”
Meskipun terdengar seperti upaya untuk memberi harapan, pernyataan ini bisa sangat menyakitkan bagi Bunda yang baru saja kehilangan anak. Anak yang telah tiada tidak bisa digantikan oleh anak yang lain. Setiap anak memiliki tempat istimewa di hati Bundanya, dengan kenangan, harapan, dan masa depan yang telah dibayangkan bersama.
Mengatakan bahwa mereka bisa "punya anak lagi" cenderung meremehkan rasa kehilangan yang mereka alami. Itu seperti menghapus eksistensi anak yang telah tiada. Daripada menawarkan penghiburan yang menyakitkan, lebih baik hadir dan menunjukkan bahwa Bunda memahami kedalaman duka mereka, meski tidak bisa menyelesaikannya.
Foto: Internet
3. Jangan Menganggap Ekspresi Duka Itu Berlebihan
Ketika seseorang menunjukkan ekspresi duka yang kuat menangis keras, berteriak, atau bahkan kehilangan kesadaran reaksi ini sering kali dianggap sebagai sesuatu yang “berlebihan”. Padahal, ekspresi emosi seperti ini adalah bagian dari proses berduka yang wajar dan manusiawi.
Mengkritik atau menganggap reaksi mereka sebagai drama hanya akan membuat mereka merasa tidak dimengerti. Dalam situasi penuh kesedihan, yang dibutuhkan adalah ruang untuk mengekspresikan emosi, bukan penilaian atas cara mereka melakukannya. Jangan lupa bahwa tidak ada standar tunggal dalam menghadapi kehilangan. Biarkan mereka berduka dengan cara mereka sendiri.
Foto: Internet
Cara Menjadi Pendukung yang Bijak dan Penuh Empati
Untuk bisa hadir dengan bijak di tengah situasi duka, Bunda bisa melakukan hal-hal kecil yang berdampak besar. Bukan dengan banyak bicara atau memberi nasihat, tapi dengan sikap empatik dan penuh kesabaran. Berikut beberapa cara yang bisa Bunda lakukan:
• Dengarkan dengan penuh perhatian. Berikan ruang bagi mereka untuk berbicara tanpa interupsi, tanpa penilaian.
• Validasi perasaan mereka. Ucapkan kalimat seperti “Aku bisa merasakan betapa berat ini untukmu,” yang menunjukkan bahwa perasaan mereka dimengerti.
• Hindari kalimat klise. Ucapan seperti “semua akan baik-baik saja” atau “ini takdir” bisa terdengar kosong dan menyakitkan di tengah kesedihan yang begitu dalam.
• Beri mereka waktu. Proses berduka bisa memakan waktu yang panjang. Jangan terburu-buru mendorong mereka untuk “move on”.
Menjadi Support System yang Nyata
Tidak semua orang tahu harus mengatakan apa ketika menghadapi teman atau keluarga yang sedang berduka, dan itu adalah hal yang wajar. Namun, kehadiran yang tulus bisa jauh lebih berarti dibandingkan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
Ucapan sederhana seperti, “Aku tidak tahu harus bilang apa, tapi aku ada di sini untukmu,” bisa memberikan rasa aman dan kenyamanan. Tidak perlu menjadi solusi bagi kesedihan mereka cukup menjadi tempat berlabuh, pelukan dalam keheningan, atau teman duduk di sore yang sepi.
Mengubah Pola Pikir: Dari Simpati ke Empati
Sebagai Bunda muda atau calon Bunda, penting untuk mulai membangun budaya empati, tidak hanya kepada anak tetapi juga kepada sesama Bunda. Dalam perjalanan sebagai Bunda, kita akan menghadapi berbagai tantangan, termasuk kemungkinan kehilangan. Dengan membentuk pola pikir empatik sejak dini, kita bisa menjadi bagian dari komunitas yang saling menguatkan dalam suka maupun duka.
Empati bukan hanya soal merasakan kesedihan orang lain, tetapi juga tentang hadir, mendengarkan, dan menghargai proses mereka. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang tertinggi yang bisa Bunda berikan.
Foto: Internet
Kesimpulan: Ucapan dan Sikap Kecil Bisa Memberi Dampak Besar
Dalam menghadapi kehilangan, tidak ada kata yang benar-benar bisa menyembuhkan luka. Namun, kehadiran dan sikap empatik bisa membantu Bunda yang berduka melewati hari-hari terberat dalam hidup mereka. Hindarilah ucapan dan tindakan yang bisa memperdalam luka. Sebaliknya, jadilah sumber kekuatan melalui ketulusan, kehadiran, dan empati.
Setiap Bunda bisa menjadi cahaya kecil di tengah kegelapan duka yang dalam. Mari kita hadir bukan sebagai orang yang ingin memperbaiki, tetapi sebagai seseorang yang bersedia menemani.