Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Bagi banyak perempuan, memiliki anak adalah impian besar. Namun bagi sebagian lainnya yang didiagnosis dengan penyakit autoimun, impian ini kerap dibayangi oleh keraguan dan pertanyaan: apakah saya masih bisa hamil? Jawabannya adalah: masih mungkin. Dengan manajemen yang tepat dan pemantauan medis yang cermat, perempuan dengan kondisi autoimun tetap memiliki peluang untuk menjalani kehamilan yang sehat.
Artikel ini akan membantu Bunda memahami keterkaitan antara penyakit autoimun dan kesuburan, serta langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga peluang kehamilan tetap terbuka. Simak penjelasan lengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melawan infeksi, justru menyerang jaringan tubuh sendiri. Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun, dan beberapa di antaranya memengaruhi fungsi organ reproduksi serta proses kehamilan.
Beberapa jenis autoimun yang kerap berkaitan dengan gangguan kesuburan dan komplikasi kehamilan antara lain:
• Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
• Sindrom Antifosfolipid (APS)
• Hashimoto (tiroid autoimun)
• Hipotiroidisme autoimun
• Penyakit Addison
• Rheumatoid arthritis
Foto: Internet
Tidak semua penyakit autoimun secara langsung memengaruhi kesuburan, tetapi beberapa kondisi tertentu dapat menurunkan peluang terjadinya kehamilan secara alami atau meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan.
1. Antifosfolipid Syndrome (APS)
APS adalah kondisi di mana sistem imun memproduksi antibodi abnormal yang menyebabkan pembekuan darah. Pada perempuan, hal ini dapat menyebabkan keguguran berulang, komplikasi plasenta, dan preeklamsia.
2. Anti-sperm Antibodies (ASA)
ASA adalah antibodi yang menyerang sperma sehingga mengganggu kemampuannya membuahi sel telur. Kondisi ini bisa terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki. ASA dapat menyebabkan infertilitas yang tidak mudah didiagnosis tanpa pemeriksaan imunologi khusus.
3. Premature Ovarian Insufficiency (POI)
POI adalah kondisi ketika fungsi ovarium menurun secara dini akibat reaksi autoimun terhadap jaringan ovarium. Ini bisa menyebabkan menstruasi berhenti sebelum waktunya dan kesulitan untuk berovulasi, sehingga memperkecil peluang terjadinya kehamilan.
Tentu bisa. Banyak perempuan dengan kondisi autoimun yang berhasil hamil dan melahirkan anak yang sehat. Namun, kunci keberhasilannya adalah melalui:
• Diagnosis yang akurat dan dini
• Pendekatan medis multidisiplin
• Perencanaan kehamilan yang matang
• Pengawasan intensif selama program hamil dan masa kehamilan
Dalam kasus tertentu, kehamilan mungkin perlu ditunda hingga penyakit autoimun terkendali. Namun begitu kondisi stabil, peluang untuk hamil tetap ada.
Foto: Internet
Bagi Bunda yang memiliki riwayat autoimun dan sedang merencanakan kehamilan, berikut adalah langkah-langkah penting yang bisa dipertimbangkan:
1. Penanganan Antifosfolipid Syndrome (APS)
• Penggunaan obat pengencer darah seperti heparin dan aspirin dosis rendah dapat membantu mencegah pembekuan darah selama kehamilan.
• Pengawasan berkala oleh spesialis kandungan dan hematologi sangat disarankan.
2. Penanganan ASA
• Terapi immunosupresif ringan dapat direkomendasikan tergantung hasil pemeriksaan laboratorium.
• Untuk kasus ASA yang tinggi, inseminasi intrauterin (IUI), atau fertilisasi in vitro (IVF), bahkan dengan metode ICSI, bisa menjadi solusi.
3. Penanganan Premature Ovarian Insufficiency (POI)
• Pemeriksaan cadangan ovarium melalui AMH dan USG transvaginal penting untuk mengetahui respons terhadap stimulasi hormon.
• Jika masih terdapat folikel, stimulasi ovarium dapat dicoba untuk memicu produksi sel telur.
4. Kolaborasi dengan Spesialis Imunologi
• Dalam kasus autoimun kompleks, peran imunolog penting untuk menyesuaikan terapi yang tidak mengganggu program hamil.
• Pendekatan multidisiplin yang melibatkan spesialis endokrinologi reproduksi, imunologi klinis, dan kebidanan dapat meningkatkan peluang kehamilan sehat.
5. Dukungan Teknologi Reproduksi
• Teknologi seperti IVF, ICSI, dan IMSI dapat memberikan peluang lebih besar, terutama bila ada masalah pada kualitas sperma atau sel telur akibat gangguan autoimun.
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Bunda mengalami:
• Riwayat keguguran berulang (lebih dari dua kali)
• Menstruasi yang berhenti dini atau tidak teratur
• Sudah menjalani program hamil lebih dari 12 bulan tanpa hasil
• Pernah didiagnosis penyakit autoimun, bahkan jika saat ini tidak ada gejala aktif
Pemeriksaan awal dapat mencakup tes imunologi, analisa hormon, USG ovarium, dan pemeriksaan antibodi antiphospholipid atau antiovarium.
Kehamilan pada perempuan dengan autoimun memang tergolong berisiko tinggi. Namun, dengan pengawasan yang ketat, konsumsi obat yang aman selama kehamilan, dan pemeriksaan rutin, risiko dapat diminimalkan. Banyak rumah sakit saat ini memiliki layanan kehamilan risiko tinggi yang siap mendampingi pasien autoimun selama proses kehamilan.
Foto: Internet
Memiliki penyakit autoimun bukan berarti kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang Bunda. Dengan pengelolaan kondisi yang tepat, pengawasan dokter spesialis, serta komitmen dalam menjalani program hamil, peluang untuk hamil dan melahirkan tetap terbuka. Jangan ragu untuk berkonsultasi dan mencari tahu lebih banyak tentang kondisi tubuh sendiri. Menjadi Bunda dengan kondisi autoimun memang memiliki tantangan, tetapi juga penuh harapan dan kekuatan. Terus semangat dalam perjuangan menuju dua garis merah.