Mengapa MPASI Tanpa Gula dan Garam Lebih Sehat? Ini 5 Alasannya!
Mengapa MPASI Tanpa Gula dan Garam Lebih Sehat? Ini 5 Alasannya!

Memasuki usia 6 bulan, bayi mulai dikenalkan pada makanan pendamping ASI (MPASI) untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya. Namun, banyak orang tua yang masih bingung tentang boleh atau tidaknya menambahkan gula dan garam dalam MPASI. Padahal, berdasarkan rekomendasi dari WHO (World Health Organization) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), bayi di bawah usia 1 tahun tidak disarankan mengonsumsi tambahan gula dan garam.

Hal ini bukan tanpa alasan. Gula dan garam yang berlebihan pada makanan bayi dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk memahami alasan di balik anjuran ini dan mulai membiasakan bayi mengenal rasa alami dari bahan makanan.

Lewat artikel Bunda dan si Kecil kali ini, Bunda bisa mengenal 5 alasan utama mengapa gula dan garam perlu dihindari dalam MPASI, lengkap dengan tips dan alternatif sehat untuk tetap membuat makanan bayi terasa lezat dan bergizi.

 

1. Bayi Bisa Menolak ASI

ASI masih menjadi sumber utama nutrisi hingga bayi berusia 12 bulan. Jika sejak dini bayi sudah terbiasa dengan rasa makanan yang gurih atau manis dari tambahan gula dan garam, maka ada kemungkinan bayi akan menolak ASI karena merasa makanan padat lebih “lezat”.

Penolakan terhadap ASI bisa berdampak pada kurangnya asupan nutrisi penting yang hanya bisa diperoleh dari ASI, seperti antibodi dan enzim pencernaan.

Tips:

  • Gunakan bahan makanan alami seperti wortel, ubi, dan labu kuning yang memiliki rasa manis alami.
  • Sajikan makanan bayi dalam bentuk puree tanpa tambahan bumbu untuk membiasakan si kecil mengenali rasa asli makanan.
 

mpasi tanpa garam dan gula, alasan mpasi tanpa gula, bahaya garam untuk bayi, gula makanan bayi, mpasi sehat alami, mpasi 6 bulan tanpa garam, Bunda, si Kecil

Foto: Internet

2. Menghambat Pengenalan Rasa Alami Makanan

Menambahkan garam dan gula ke dalam MPASI dapat membuat bayi sulit mengenal berbagai rasa alami dari sayuran, buah, dan protein. Ini bisa berdampak pada kebiasaan makan anak ke depan, seperti menjadi picky eater atau hanya menyukai makanan yang asin dan manis.

Masa awal MPASI adalah waktu penting untuk memperkenalkan berbagai rasa alami agar bayi terbuka terhadap aneka jenis makanan.

Tips:

  • Berikan variasi makanan secara bertahap dengan memperkenalkan satu bahan baru setiap 3 hari.
  • Gunakan kaldu dari rebusan daging atau tulang ayam sebagai penambah rasa gurih alami dalam MPASI.
 

mpasi tanpa garam dan gula, alasan mpasi tanpa gula, bahaya garam untuk bayi, gula makanan bayi, mpasi sehat alami, mpasi 6 bulan tanpa garam, Bunda, si Kecil

Foto: Internet

3. Berisiko Menyebabkan Dehidrasi

Garam mengandung natrium yang tidak boleh diberikan dalam jumlah berlebih pada bayi. Sistem ginjal bayi yang masih belum sempurna belum mampu menyaring kelebihan natrium secara efektif. Jika bayi mengonsumsi makanan tinggi garam, mereka bisa kehilangan lebih banyak cairan melalui urin dan keringat, yang berisiko menyebabkan dehidrasi.

Tips:

  • Hindari makanan olahan seperti keju asin, sosis, atau makanan kaleng yang sering mengandung garam tersembunyi.
  • Jika si kecil sudah diperkenalkan dengan air putih sesuai usia, pastikan asupan cairan cukup terutama setelah makan makanan padat.
 

4. Merusak Gigi Bayi

Gula menjadi makanan utama bagi bakteri penyebab gigi berlubang. Ketika bayi sering mengonsumsi makanan yang mengandung gula tambahan, risiko kerusakan gigi bisa meningkat, bahkan sejak gigi pertamanya tumbuh.

Meskipun gigi bayi masih dalam tahap awal pertumbuhan, penting untuk menjaga kebersihan mulut dan menghindari risiko karies sejak dini.

Tips:

  • Gunakan sumber manis alami seperti buah pisang, apel, atau pir yang juga mengandung serat dan vitamin.
  • Bersihkan mulut bayi dengan kain lembap setelah makan, dan gunakan sikat gigi khusus bayi saat gigi mulai tumbuh.

mpasi tanpa garam dan gula, alasan mpasi tanpa gula, bahaya garam untuk bayi, gula makanan bayi, mpasi sehat alami, mpasi 6 bulan tanpa garam, Bunda, si Kecil

Foto: Internet

 

5. Meningkatkan Risiko Obesitas dan Penyakit Metabolik

Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam sejak dini cenderung memiliki pola makan yang kurang sehat saat dewasa. Hal ini bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Membentuk pola makan sehat sejak awal adalah langkah pencegahan jangka panjang terhadap berbagai masalah kesehatan.

Tips:

  • Fokus pada keseimbangan nutrisi dalam MPASI: karbohidrat kompleks, protein hewani dan nabati, serta lemak sehat.
  • Sajikan makanan dalam porsi kecil namun bergizi, dengan tekstur yang disesuaikan usia.
 

Alternatif Pengganti Gula dan Garam untuk MPASI

Agar makanan bayi tetap lezat tanpa tambahan gula dan garam, Bunda bisa menggunakan bahan alami berikut:

Rasa Manis Alami:

  • Pisang
  • Ubi jalar
  • Apel
  • Pir
  • Labu kuning

Rasa Gurih Alami:

  • Kaldu ayam atau daging sapi buatan sendiri tanpa garam
  • Tomat matang
  • Santan murni (dalam jumlah kecil dan untuk usia 8 bulan ke atas)
  • Keju tanpa garam khusus bayi

Bumbu Aromatik Aman:

  • Daun salam
  • Bawang putih
  • Kayu manis
  • Daun seledri

mpasi tanpa garam dan gula, alasan mpasi tanpa gula, bahaya garam untuk bayi, gula makanan bayi, mpasi sehat alami, mpasi 6 bulan tanpa garam, Bunda, si Kecil

Foto: Internet

Penggunaan rempah alami yang ringan dan tidak pedas dapat menambah aroma dan rasa tanpa membahayakan kesehatan bayi.

 

Kesimpulan

Membiasakan si kecil makan tanpa gula dan garam dalam MPASI adalah langkah awal yang sangat penting dalam membentuk pola makan sehat seumur hidup. Selain mencegah berbagai risiko kesehatan seperti obesitas, dehidrasi, dan kerusakan gigi, pengenalan rasa alami sejak dini juga membantu bayi menjadi lebih terbuka terhadap berbagai jenis makanan.

Gunakan bahan alami sebagai sumber rasa dan aroma, dan jadikan waktu makan sebagai momen eksplorasi rasa yang menyenangkan bagi bayi. Dengan kebiasaan baik ini, si kecil akan tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan memiliki hubungan positif dengan makanan sejak dini.

Artikel yang berkaitan