Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Memasuki usia 6 bulan, bayi mulai dikenalkan pada makanan pendamping ASI (MPASI) untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya. Namun, banyak orang tua yang masih bingung tentang boleh atau tidaknya menambahkan gula dan garam dalam MPASI. Padahal, berdasarkan rekomendasi dari WHO (World Health Organization) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), bayi di bawah usia 1 tahun tidak disarankan mengonsumsi tambahan gula dan garam.
Hal ini bukan tanpa alasan. Gula dan garam yang berlebihan pada makanan bayi dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk memahami alasan di balik anjuran ini dan mulai membiasakan bayi mengenal rasa alami dari bahan makanan.
Lewat artikel Bunda dan si Kecil kali ini, Bunda bisa mengenal 5 alasan utama mengapa gula dan garam perlu dihindari dalam MPASI, lengkap dengan tips dan alternatif sehat untuk tetap membuat makanan bayi terasa lezat dan bergizi.
1. Bayi Bisa Menolak ASI
ASI masih menjadi sumber utama nutrisi hingga bayi berusia 12 bulan. Jika sejak dini bayi sudah terbiasa dengan rasa makanan yang gurih atau manis dari tambahan gula dan garam, maka ada kemungkinan bayi akan menolak ASI karena merasa makanan padat lebih “lezat”.
Penolakan terhadap ASI bisa berdampak pada kurangnya asupan nutrisi penting yang hanya bisa diperoleh dari ASI, seperti antibodi dan enzim pencernaan.
Tips:
Foto: Internet
2. Menghambat Pengenalan Rasa Alami Makanan
Menambahkan garam dan gula ke dalam MPASI dapat membuat bayi sulit mengenal berbagai rasa alami dari sayuran, buah, dan protein. Ini bisa berdampak pada kebiasaan makan anak ke depan, seperti menjadi picky eater atau hanya menyukai makanan yang asin dan manis.
Masa awal MPASI adalah waktu penting untuk memperkenalkan berbagai rasa alami agar bayi terbuka terhadap aneka jenis makanan.
Tips:
Foto: Internet
3. Berisiko Menyebabkan Dehidrasi
Garam mengandung natrium yang tidak boleh diberikan dalam jumlah berlebih pada bayi. Sistem ginjal bayi yang masih belum sempurna belum mampu menyaring kelebihan natrium secara efektif. Jika bayi mengonsumsi makanan tinggi garam, mereka bisa kehilangan lebih banyak cairan melalui urin dan keringat, yang berisiko menyebabkan dehidrasi.
Tips:
4. Merusak Gigi Bayi
Gula menjadi makanan utama bagi bakteri penyebab gigi berlubang. Ketika bayi sering mengonsumsi makanan yang mengandung gula tambahan, risiko kerusakan gigi bisa meningkat, bahkan sejak gigi pertamanya tumbuh.
Meskipun gigi bayi masih dalam tahap awal pertumbuhan, penting untuk menjaga kebersihan mulut dan menghindari risiko karies sejak dini.
Tips:
Foto: Internet
5. Meningkatkan Risiko Obesitas dan Penyakit Metabolik
Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam sejak dini cenderung memiliki pola makan yang kurang sehat saat dewasa. Hal ini bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Membentuk pola makan sehat sejak awal adalah langkah pencegahan jangka panjang terhadap berbagai masalah kesehatan.
Tips:
Alternatif Pengganti Gula dan Garam untuk MPASI
Agar makanan bayi tetap lezat tanpa tambahan gula dan garam, Bunda bisa menggunakan bahan alami berikut:
Rasa Manis Alami:
Rasa Gurih Alami:
Bumbu Aromatik Aman:
Foto: Internet
Penggunaan rempah alami yang ringan dan tidak pedas dapat menambah aroma dan rasa tanpa membahayakan kesehatan bayi.
Kesimpulan
Membiasakan si kecil makan tanpa gula dan garam dalam MPASI adalah langkah awal yang sangat penting dalam membentuk pola makan sehat seumur hidup. Selain mencegah berbagai risiko kesehatan seperti obesitas, dehidrasi, dan kerusakan gigi, pengenalan rasa alami sejak dini juga membantu bayi menjadi lebih terbuka terhadap berbagai jenis makanan.
Gunakan bahan alami sebagai sumber rasa dan aroma, dan jadikan waktu makan sebagai momen eksplorasi rasa yang menyenangkan bagi bayi. Dengan kebiasaan baik ini, si kecil akan tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan memiliki hubungan positif dengan makanan sejak dini.