Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Pernahkah Bunda merasa si kecil selalu ingin digendong, tidak mau lepas, menangis saat ditinggal ke dapur, atau bahkan menolak bermain sendiri? Reaksi pertama mungkin menyebutnya “manja” atau “cengeng.” Namun, sebelum buru-buru memberi label negatif, penting untuk dipahami bahwa perilaku clingy bukan kelemahan. Justru, itu adalah sinyal bahwa anak sedang membutuhkan perhatian dan rasa aman secara emosional.
Perilaku menempel ini sering terjadi pada masa tumbuh kembang awal, terutama pada anak usia 6 bulan hingga 3 tahun. Saat anak belum bisa mengungkapkan isi hatinya lewat kata-kata, mereka menyampaikannya lewat tindakan. Salah satunya: menempel terus ke Bunda. Yuk, Bun simak penjelasannya bersama Bunda dan si Kecil!
Ada beberapa alasan mendasar mengapa anak menunjukkan perilaku clingy, dan semuanya berkaitan dengan kondisi emosional mereka yang sedang butuh dukungan.
1. Cemas Saat Ditinggal
Anak-anak, terutama bayi dan balita, belum memahami konsep waktu seperti orang dewasa. Bagi mereka, ketika Bunda pergi, itu terasa seperti kepergian yang lama bahkan bisa mereka anggap “selamanya.” Ini disebut dengan separation anxiety atau kecemasan perpisahan.
Untuk menghindari perpisahan itu, anak akan menempel terus agar Bunda tidak meninggalkannya. Ini adalah reaksi alami karena belum adanya pemahaman bahwa Bunda akan selalu kembali.
Foto: Internet
2. Takut Kehilangan Perhatian
Anak sangat peka terhadap perubahan interaksi dengan orang tua. Saat mereka merasa Bunda terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah, ponsel, atau adik bayi, mereka akan mencari cara agar diperhatikan. Salah satu bentuknya adalah menempel terus-menerus.
Perilaku clingy ini sebenarnya adalah cara anak berkata:
“Bunda, aku ingin kamu lihat dan perhatikan aku.”
3. Koneksi Emosional yang Berkurang
Saat rutinitas harian terlalu padat dan tidak ada waktu berkualitas, ikatan emosional anak dengan orang tua bisa sedikit renggang. Dalam kondisi ini, anak akan mencari cara untuk "mengisi ulang" koneksi tersebut—dan salah satu cara paling sederhana yang mereka tahu adalah dengan lebih banyak menempel secara fisik.
Saat anak terus-menerus menempel, respons Bunda sangat menentukan. Alih-alih mengatakan:
• “Kamu ini manja banget!”
• “Bunda capek, jangan ikut terus.”
• “Main sendiri, sudah besar, masa begini terus?”
Cobalah menggantinya dengan pendekatan yang lebih hangat. Ingat, clingy adalah bentuk komunikasi anak yang belum bisa mengungkapkan rasa cemas atau butuh kasih sayang dengan kata-kata. Kehadiran emosional Bunda justru adalah solusi paling mujarab untuk membantu mereka tenang kembali.
✅ 1. Luangkan Waktu Berkualitas
Anak tidak membutuhkan waktu lama, tapi waktu yang penuh kehadiran. Sediakan momen khusus untuk:
• Memeluk dan mencium anak lebih sering
• Bermain bersama, meski hanya 15–30 menit dengan penuh perhatian
• Mendengarkan cerita anak tanpa tergesa
Anak akan merasa:
“Bunda tetap sayang aku, meskipun sibuk.”
✅ 2. Jelaskan Saat Harus Pergi
Jika Bunda harus pergi untuk waktu singkat, beri penjelasan yang sederhana tapi meyakinkan:
“Bunda ke dapur ya, nanti balik lagi setelah kamu selesai menggambar.”
Konsistensi sangat penting. Ketika Bunda menepati janji, anak akan mulai percaya bahwa perpisahan sementara bukan hal yang menakutkan.
✅ 3. Bangun Rutinitas yang Konsisten
Rutinitas memberikan rasa aman. Ketika anak tahu apa yang akan terjadi seperti jam bermain, waktu mandi, waktu tidur mereka akan merasa lebih tenang dan tidak terlalu cemas ditinggal.
Foto: Internet
Untuk menjaga rasa aman anak, hindari hal-hal berikut ini:
• ❌ Mengejek anak dengan sebutan “bayi” atau “cengeng”
• ❌ Mendorong anak menjauh secara paksa
• ❌ Meninggalkan anak demi “mengajarkan kemandirian” secara ekstrem
Cara-cara ini justru akan memperburuk rasa tidak aman anak, dan memperpanjang fase clingy karena anak merasa tidak dipahami.
Salah satu kesalahpahaman besar adalah anggapan bahwa jika anak terus dipeluk atau didekati, mereka tidak akan mandiri. Justru sebaliknya: anak yang cukup diberi kasih sayang dan koneksi emosional akan tumbuh lebih percaya diri dan mampu berpisah secara sehat.
Ketika anak tahu bahwa Bunda akan selalu kembali dan tetap mencintainya, mereka akan mulai melepaskan diri secara alami tanpa dipaksa.
Foto: Internet
Bunda, anak yang clingy bukan anak yang manja. Mereka hanya sedang menyampaikan:
“Aku butuh merasa dekat denganmu.”
Daripada melihatnya sebagai gangguan, jadikanlah momen ini sebagai kesempatan untuk membangun rasa aman dan cinta yang akan menjadi pondasi kemandirian anak di masa depan.
Peluk lebih sering, hadir lebih penuh, dan dengarkan lebih dalam.
Karena dari rasa aman itulah, tumbuh anak-anak yang berani, percaya diri, dan siap menghadapi dunia.