Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Dalam keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, khususnya antara kakak dan adik, sering terjadi dinamika yang tampak wajar namun bisa menyisakan luka emosional jika dibiarkan. Kakak yang selalu diminta mengalah, kakak yang diminta memahami, dan kakak yang ditegur lebih dulu.
Hal-hal seperti ini mungkin dimaksudkan sebagai bentuk pengasuhan yang praktis, namun bila berlangsung terus-menerus, perlahan tapi pasti akan menggerus perasaan si kakak. Tanpa sadar, ia mulai merasa dirinya kurang penting di rumah sendiri. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Situasi yang sering Bunda temui misalnya:
Saat rebutan mainan, kakak diminta mengalah karena “lebih besar”
Saat adik menangis, kakak ditegur agar bersabar, meski belum tentu dia yang memulai
Saat adik menginginkan sesuatu yang dimiliki kakak, maka kakak harus memberikannya demi ketenangan suasana
Lama-kelamaan, si kakak belajar bahwa keinginannya tidak diutamakan. Ia mulai menyimpan pertanyaan dalam hati:
“Apakah aku tidak sepenting adik?”
Bunda perlu memahami bahwa anak-anak tidak akan langsung protes saat merasa tersisih. Namun, mereka menyerap perlakuan yang mereka terima. Jika terus-menerus merasa dikalahkan, si kakak mulai mengecilkan suara. Ia enggan meminta sesuatu, takut dianggap egois.
Kakak mungkin terlihat tenang dan mandiri, namun bisa jadi itu karena ia sudah belajar:
Bahwa keinginannya bukan prioritas
Bahwa ia akan disalahkan jika melawan
Bahwa untuk mendapatkan cinta, ia harus diam dan mengalah
Foto: Internet
Sebaliknya, ketika adik selalu mendapat perhatian lebih:
Diberi ruang untuk menangis tanpa batas
Sering dituruti permintaannya
Jarang diminta bertanggung jawab atas konflik
Adik berisiko tumbuh menjadi anak yang sulit menerima penolakan, tidak terbiasa berbagi, dan meledak saat tidak dituruti. Ini terjadi bukan karena niat buruk Bunda, tapi karena ketimpangan dalam pengasuhan.
Foto: Internet
1. Harapan Terlalu Tinggi pada Kakak
Bunda kadang lupa bahwa meski usianya lebih tua, kakak tetap anak-anak. Ia masih belajar mengatur emosi dan memahami situasi, seperti adiknya. Tapi karena “nomor satu”, Bunda cenderung menaruh ekspektasi tinggi.
2. Simpati Berlebih pada Adik
Adik yang lebih kecil sering mendapat simpati karena dianggap belum mengerti. Padahal, justru di usia dini inilah karakter sedang dibentuk. Jika adik terus dilindungi dari batasan, ia tidak belajar menghadapi frustrasi.
3. Keterbatasan Waktu dan Tenaga
Ketika adik masih bayi atau balita, perhatian Bunda tersita untuk memenuhi kebutuhan fisik yang lebih intens. Dalam kondisi ini, sering kali kakak hanya didekati saat terjadi konflik. Bukan karena tidak disayang, tapi karena tidak sempat mengekspresikannya.
Anak sulung yang merasa diabaikan atau terus diminta mengalah bisa mengalami:
Penurunan harga diri
Perasaan bersalah ketika ingin sesuatu
Kecemburuan terhadap adik yang tidak diungkapkan
Kesulitan mengekspresikan emosi atau menetapkan batasan
Dan saat dewasa, luka ini bisa muncul dalam bentuk:
Terlalu menyenangkan orang lain demi diterima
Sulit berkata tidak
Merasa tidak layak dicintai atau didahulukan
✅ 1. Adil Bukan Berarti Sama, Tapi Proporsional
Berikan anak apa yang ia butuhkan, bukan apa yang terlihat setara di permukaan. Dengarkan kebutuhan masing-masing anak tanpa selalu menjadikan kakak sebagai pihak yang harus mengalah.
✅ 2. Dengarkan Suara Kakak Secara Aktif
Jika terjadi pertengkaran, jangan langsung menyimpulkan dari usia. Ajukan pertanyaan seperti:
“Menurut kakak, tadi yang bikin kesal apa?”
“Kalau adik minta mainan, kakak siap berbagi kapan?”
Dengan mendengarkan, Bunda menunjukkan bahwa suara kakak layak diperhitungkan.
✅ 3. Luangkan Waktu Khusus untuk Kakak
Sediakan waktu walau hanya 15–20 menit per hari untuk bermain, berbicara, atau membacakan buku hanya dengan kakak. Momen ini membangun pesan bahwa ia tetap penting, bahkan setelah menjadi kakak.
✅ 4. Validasi Emosi Kakak
Ketika kakak menunjukkan rasa kesal atau iri, jangan langsung menyalahkan. Ucapkan:
“Bunda ngerti kok, kamu sedih karena merasa adik selalu lebih dulu. Itu wajar.”
Validasi membantu anak memahami emosinya sendiri, bukan merasa bersalah karena memilikinya.
Foto: Internet
Menjadi anak sulung tidak berarti harus selalu dewasa sebelum waktunya. Kakak juga anak kecil yang butuh didengar, dihargai, dan diperlakukan setara. Jangan biarkan cinta yang tidak seimbang mengikis harga dirinya secara perlahan.
Ingat, setiap anak berhak merasa dicintai, bukan dibandingkan. Maka, mari jaga keseimbangan cinta dalam keluarga agar kakak dan adik tumbuh saling mendukung, bukan saling terluka.