Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Pernahkah Bunda bangun pagi dengan semangat tinggi untuk menyelesaikan banyak hal, tapi akhirnya menghabiskan sebagian besar waktu hanya dengan melihat media sosial? Atau punya daftar target harian yang tidak pernah benar-benar dijalankan secara konsisten? Jika ya, Bunda mungkin sedang mengalami apa yang disebut malas disiplin atau self-discipline laziness.
Kondisi ini bukan berarti Bunda pemalas. Malas disiplin adalah tanda bahwa ada pola hidup yang tidak berjalan secara optimal, sistem otak yang kehilangan ritme, serta kebiasaan-kebiasaan kecil yang perlahan mengikis kemampuan diri untuk fokus dan bertindak secara teratur. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Malas disiplin adalah kecenderungan untuk tidak konsisten dalam menjalankan kebiasaan baik, mudah tergoda oleh distraksi, dan tidak memiliki rutinitas yang mendukung produktivitas. Di era digital yang penuh dengan notifikasi dan hiburan instan, sangat mudah bagi siapa saja, termasuk Bunda muda, untuk terjebak dalam pola ini.
Foto: Internet
Ciri-ciri umum dari malas disiplin antara lain:
Tidak memiliki jadwal hidup yang teratur
Tidak konsisten dalam rutinitas atau kebiasaan positif
Mudah terdistraksi oleh hal-hal sepele (misalnya membuka media sosial saat sedang bekerja)
Menunda-nunda pekerjaan walau sadar pentingnya
Merasa stres dan frustrasi karena waktu habis tanpa hasil berarti
Kebiasaan hidup yang tidak teratur tidak hanya mengganggu produktivitas, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan mental dan fungsi kognitif otak:
1. Otak Kehilangan Ritme Kerja yang Sehat
Otak bekerja dengan ritme alami yang terbentuk dari kebiasaan dan rutinitas. Jika Bunda tidak memiliki jadwal yang konsisten, otak akan kesulitan menentukan kapan harus fokus dan kapan beristirahat. Akibatnya, rasa lelah akan lebih sering muncul, meski tidak banyak hal yang diselesaikan.
Foto: Internet
2. Sulit Membentuk Koneksi Otak Jangka Panjang
Kebiasaan yang dilakukan berulang kali menciptakan jalur komunikasi antarsel otak yang kuat. Tanpa pengulangan, koneksi ini tidak terbentuk maksimal. Hasilnya, kemampuan fokus menurun, mudah lupa, dan sulit meningkatkan kapasitas berpikir atau belajar hal baru.
3. Rentan Mengalami Stres dan Kecemasan
Hidup tanpa struktur dan arahan membuat seseorang merasa tidak memiliki kendali. Ketika tugas-tugas menumpuk dan tidak terselesaikan, perasaan bersalah dan cemas semakin kuat, menciptakan siklus stres yang sulit diputus.
Zaman sekarang menawarkan segalanya secara instan. Pesan cepat, video pendek, hiburan tanpa batas semuanya memanjakan otak dengan reward cepat tanpa usaha besar. Otak menjadi terbiasa pada kepuasan instan dan kehilangan kemampuan untuk bertahan dalam proses jangka panjang.
Bagi Bunda muda, tantangan ini menjadi semakin kompleks. Aktivitas rumah tangga yang tidak ada habisnya, waktu pribadi yang sangat terbatas, serta minimnya dukungan sosial bisa membuat disiplin sulit untuk dijaga. Begitu pula bagi mereka yang bekerja dari rumah atau mengurus anak, batasan antara waktu kerja dan waktu santai menjadi kabur.
Kabar baiknya, malas disiplin bukan kondisi permanen. Dengan langkah-langkah sederhana namun konsisten, Bunda bisa membentuk kembali struktur hidup yang sehat dan produktif:
1. Susun Jadwal Harian yang Realistis
Mulailah dari hal sederhana, seperti membagi waktu pagi untuk aktivitas utama, siang untuk istirahat, dan sore untuk menyelesaikan tugas ringan. Gunakan catatan harian, aplikasi perencana, atau to-do list untuk membantu memetakan aktivitas.
2. Terapkan Prinsip Perubahan Kecil
Seperti yang dijelaskan dalam pendekatan Atomic Habits, perubahan besar dimulai dari kebiasaan kecil yang konsisten. Misalnya, cukup lima menit merapikan rumah setiap pagi atau membaca satu halaman buku setiap malam sudah bisa menciptakan momentum positif.
3. Kurangi Distraksi Digital
Matikan notifikasi yang tidak perlu. Hindari membuka media sosial di tengah jam produktif. Jika memungkinkan, buat zona kerja yang terpisah dari zona istirahat agar otak bisa membedakan antara waktu fokus dan waktu santai.
4. Rayakan Kemajuan Kecil
Setiap tugas kecil yang berhasil diselesaikan layak diapresiasi. Beri diri sendiri penghargaan kecil seperti menikmati teh hangat, membaca buku favorit, atau menonton tayangan ringan sebagai bentuk self-reward.
5. Cari Dukungan Sosial atau Akuntabilitas
Bagikan rencana Bunda kepada pasangan atau sahabat. Bisa juga bergabung dengan komunitas Bunda yang saling mendukung dan memotivasi. Ketika merasa diawasi secara positif, Bunda akan lebih termotivasi untuk tetap konsisten.
Foto: Internet
Banyak orang menganggap disiplin sebagai beban atau tekanan. Padahal, disiplin yang dibangun dari kesadaran adalah bentuk tertinggi dari self-love. Dengan rutinitas yang sehat, Bunda tidak hanya menjaga tubuh dan pikiran tetap stabil, tapi juga memberikan ruang bagi mimpi dan produktivitas untuk tumbuh.
Sebagai Bunda, punya waktu yang tertata dan terstruktur bukan hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan nyaman bagi keluarga.
Malas disiplin bukan kegagalan, tetapi sinyal bahwa Bunda perlu mengatur ulang irama hidup. Mulailah dari kebiasaan kecil hari ini: bangun lebih awal, atur jadwal ringan, batasi distraksi, dan lakukan satu hal positif dengan konsisten. Tidak perlu menunggu momen sempurna, cukup mulai dari sekarang meski perlahan.
Disiplin bukan soal menjadi sempurna, tetapi soal terus melangkah meski kadang tertatih. Dan setiap langkah kecil hari ini, adalah fondasi besar untuk hari esok yang lebih baik.