Tantrum Anak: Hadapi dengan Pelukan atau Dibiarkan? Simak Penjelasan Ahli dan Perbandingan Gaya Parenting Jepang vs Indonesia
Tantrum Anak: Hadapi dengan Pelukan atau Dibiarkan? Simak Penjelasan Ahli dan Perbandingan Gaya Parenting Jepang vs Indonesia

Tantrum adalah bagian alami dari perkembangan emosi anak. Bagi Bunda muda yang baru memulai perjalanan sebagai Bunda, momen ketika anak menangis keras, berteriak, atau berguling di lantai bisa terasa menegangkan dan membingungkan. Namun, penting untuk dipahami bahwa tantrum bukanlah perilaku buruk yang harus dihentikan secara instan, melainkan sinyal bahwa anak sedang kesulitan mengelola emosinya.

Memahami bagaimana otak anak bekerja serta memilih pendekatan pengasuhan yang sesuai dapat membantu Bunda menghadapi tantrum dengan lebih tenang dan bijaksana. Dua pendekatan yang sering dibandingkan adalah gaya parenting Jepang dan Indonesia, yang meskipun berbeda, memiliki tujuan sama: membesarkan anak dengan kesehatan emosi yang baik. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!

Apa Itu Tantrum dan Mengapa Terjadi?

Tantrum merupakan bentuk ekspresi emosi yang meledak ketika anak merasa frustasi, tidak dimengerti, kelelahan, atau kehilangan kendali. Ini adalah respons alami karena bagian otak yang bertanggung jawab atas pengendalian emosi (prefrontal cortex) belum berkembang sepenuhnya pada anak-anak.

Saat tantrum terjadi, bagian otak yang disebut amygdala sangat aktif. Amygdala mengatur emosi seperti marah atau takut, dan karena anak belum mampu menenangkan diri secara mandiri, emosi tersebut bisa meledak dalam bentuk tangisan atau perilaku agresif.

tantrum anak, cara menghadapi tantrum, gaya parenting Jepang, pelukan ajaib, mimamoru, parenting Indonesia, tips ibu muda, regulasi emosi anak

Foto: Internet

Pandangan Para Ahli: Bantu Anak Mengatur Emosi

Ahli psikologi perkembangan anak menyatakan bahwa tantrum bukan berarti anak nakal, melainkan mereka belum memiliki keterampilan mengatur emosi secara mandiri. Saat anak mengalami stres, tubuh mereka dipenuhi oleh hormon stres seperti kortisol, dan saat itulah peran Bunda menjadi sangat penting.

Dengan menjadi pendamping emosional, Bunda tidak hanya menenangkan anak tetapi juga membimbingnya belajar cara mengenali dan mengelola perasaannya sendiri. Ini adalah proses penting dalam membentuk regulasi emosi jangka panjang.

Parenting Gaya Jepang: Diam Tapi Hadir

Gaya parenting di Jepang dikenal dengan pendekatan "diam tapi hadir". Salah satu prinsip yang banyak diterapkan adalah mimamoru, yang berarti mengawasi anak dari jarak tertentu dengan penuh perhatian tanpa campur tangan langsung. Dalam konteks tantrum, pendekatan ini mengajarkan bahwa Bunda tidak harus langsung menenangkan anak secara fisik, tetapi cukup hadir secara emosional sambil membiarkan anak menyelesaikan luapan emosinya sendiri.

Dengan cara ini, anak diberi ruang untuk mengatur emosinya secara mandiri namun tetap merasa aman karena tahu Bundanya ada di dekatnya. Pendekatan ini dinilai membantu anak membentuk regulasi emosi yang lebih matang dalam jangka panjang.

tantrum anak, cara menghadapi tantrum, gaya parenting Jepang, pelukan ajaib, mimamoru, parenting Indonesia, tips ibu muda, regulasi emosi anak

Foto: Internet

Parenting Gaya Indonesia: Pelukan Sebagai Penenang

Di Indonesia, pendekatan yang lebih umum dilakukan adalah memberi pelukan saat anak mengalami tantrum. Pelukan, usapan lembut, atau ucapan tenang dari Bunda memberikan efek menenangkan pada sistem saraf anak. Metode ini sering disebut sebagai “pelukan ajaib”.

Memberikan pelukan saat tantrum bukanlah bentuk memanjakan, melainkan cara menenangkan emosi anak secara biologis dan emosional. Pelukan membantu anak merasa dipahami dan diterima, sekaligus memperkuat ikatan emosional antara Bunda dan anak.

tantrum anak, cara menghadapi tantrum, gaya parenting Jepang, pelukan ajaib, mimamoru, parenting Indonesia, tips ibu muda, regulasi emosi anak

Foto: Internet

Dua Gaya, Tujuan Sama

Walaupun metode Jepang dan Indonesia terlihat bertolak belakang yang satu memberi ruang, yang lain memberi pelukan keduanya memiliki tujuan yang sama: membantu anak menenangkan diri dan berkembang secara emosional. Tidak ada satu pendekatan yang selalu lebih baik dari yang lain. Yang terpenting adalah kesadaran dan konsistensi dalam memberikan respons yang penuh cinta dan pengertian.

Bunda bisa menyesuaikan pendekatan berdasarkan situasi dan karakter anak. Anak yang cenderung mandiri bisa lebih cocok dengan pendekatan diam tapi hadir, sementara anak yang lebih sensitif mungkin lebih tenang jika diberi pelukan hangat.

Tips Praktis Menghadapi Tantrum untuk Bunda Muda

  1. Kenali Pemicunya
    Tantrum sering dipicu oleh kondisi fisik seperti lapar, mengantuk, atau frustasi karena tidak bisa mengekspresikan keinginan.

  2. Tenangkan Diri Sendiri Terlebih Dahulu
    Respons emosi Bunda memengaruhi anak. Saat Bunda tetap tenang, anak akan merasa lebih aman dan perlahan ikut menenangkan diri.

  3. Pilih Gaya yang Sesuai dengan Anak
    Tidak semua anak merespons dengan cara yang sama. Coba amati dan pilih pendekatan yang paling cocok untuk kebutuhan emosi anak.

  4. Berikan Validasi Emosi
    Alih-alih mengatakan “jangan marah” atau “jangan menangis”, coba katakan “Mama tahu kamu sedang marah. Itu wajar.” Ini membuat anak merasa dimengerti.

  5. Bangun Rutinitas dan Batasan yang Jelas
    Anak-anak merasa lebih aman saat mereka tahu apa yang diharapkan. Jadwal tidur, makan, dan waktu bermain yang konsisten membantu mengurangi kemungkinan tantrum.

tantrum anak, cara menghadapi tantrum, gaya parenting Jepang, pelukan ajaib, mimamoru, parenting Indonesia, tips ibu muda, regulasi emosi anak

Foto: Internet

Kesimpulan

Menghadapi tantrum bukan soal memadamkan emosi anak secara cepat, melainkan tentang mendampingi mereka melewati badai emosional dengan cinta dan kesadaran. Gaya parenting ala Jepang maupun Indonesia menawarkan pendekatan yang sama-sama valid dan bermanfaat. Bunda bisa mengombinasikan keduanya sesuai dengan karakter anak dan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga.

Ingatlah bahwa tidak ada pola asuh yang sempurna. Yang ada adalah pola asuh yang penuh cinta, konsisten, dan responsif terhadap kebutuhan unik setiap anak. Dengan memahami tantrum sebagai bagian dari proses belajar mengelola emosi, Bunda tidak hanya membantu anak tumbuh lebih tangguh, tetapi juga membentuk ikatan yang kuat dan penuh makna antara Bunda dan si kecil.

Artikel yang berkaitan